Posts

Showing posts from 2016

Cinta Itu Cinta

Aku mencintai hujan, seberapa derasnya membuatku ingin berada diantara bulir-bulir dinginnya. Membasahi wajahku dengan kesegaran yang diberikannya. Aku mencintai hujan, walau hujan seringkali membuatku sakit setelah diterpanya. Namun, bukankah itu cinta? Walaupun memberikan penyakit pada tubuhku, aku tetap mencintainya. Seperti mencintaimu walau aku tahu berada di antaramu, hanya memberikan rasa sakit yang mendalam. Akan tetapi, aku terlena dengan rasa sakit itu. Rasa itu, membiusku hingga aku menginginkannya, lagi, dan lagi.             Cinta itu memang bisu, ketika kau berdua dengannya yang kau harapkan hanya keheningan yang semakin memperat genggaman tanganmu. Tanpa perlu satu katapun untuk menjelaskan bahwa jantungmu berdetak seiring dengan irama detak jantungnya. Cinta itu berarti mendengarkan, mendengarkan dengup jantungnya ketika ia mendekapmu. Seketika itu, cinta memberi warna pada tubuhmu yang pucat. Merah merona. Kehangatannya melemaskan sendi-sendimu yang kaku, melancarka

Dia (perempuan)

Aku mengenal seseorang yang mungkin kau tak akan terkejut melihatnya. Dia hanya seorang perempuan biasa, memiliki perawakan biasa dan juga mengalami siklus bulanan seperti perempuan biasa. Tidak ada yang spesial dari dirinya, hanya terkadang tawanya memekakkan telinga. Dia memang tidak cerewet, tapi sekali dia nyaman denganmu dia tidak akan berhenti mengoceh. Aku mengenal baik dirinya, hingga seluk-beluk peredaran darahnya. Dia pun mengenal baik diriku, hingga dia selalu ikut menangis ketika aku menangis dan ikut tertawa ketika aku tertawa. Satu hal yang aku paling tahu dari dirinya, ia ingin sekali berbuat kebaikan untuk siapa saja, bahkan orang asing di jalan. Impian dia hanya itu, sesederhana itu, membuat orang lain tersenyum. Pertama kali kau mengenalnya, mungkin kau akan menganggap dia seorang yang sombong, dingin, tak punya hati. Yah begitulah yang orang lain bilang padaku pada perjumpaan pertama mereka dengannya. Lama-kelamaan kau akan mengenal dirinya. Seperti yang aku bil

Tanpa Gemerlap Kota

Image
Aku tidak ingin Batusangkar diganggu oleh tangan-tangan peraub laba. Batusangkar biarlah tetap menjadi Batusangkar. Kota kecil dengan lapangan serbaguna sebagai pusat kegiatan remajanya, bukan mall-mall seperti di kota besar. Jangan salah sangka, jika di benakmu Batusangkar itu udik, tertinggal. Bahkan pengemis pun tau cara menggunakan tablet, bahkan pemulung pun memiliki rumah yang bagus. Banyak anak-anak Batusangkar yang pergi ke kota besar untuk melanjutkan pendidikan, hingga menjadi aset-aset negara. Walaupun sebagian besar dari kami memilih menetap di antara gedung-gedung pencakar langit. Memang sampai sekarang Batusangkar tidak dipenuhi dengan gedung-gedung bertingkat. Karena kami sadar, jika Batusangkar teracuni oleh kehidupan gemerlap kota besar maka kami kehilangan rumah tempat kami di besarkan dan tempat kami mengadu. Mencari kenyamanan sesaat dari hingar-bingar kota. source: google

Rayuan Sore kepada Laut

Image
     Namaku Laut, mataku sebiru samudera dengan tatapan selembut langit senja. Rambutku menggelung seperti ombak. Mereka bilang, tatapanku seteduh senja di Pantai Barat pulau ini. Senyumku kian merekah tak pernah meninggalkan wajahku, karena itu mereka memanggilku, 'Si Pemilik Hati Sehangat Butiran Pasir Pantai'      Raga ku beserta jiwaku menyatu di pantai dan di sinilah hatiku hancur berkeping-keping, berserakan terombang-ambing di laut biru. Aku mengenal dua lelaki bernama Samudera dan Sore. Samudera selalu datang memecah suasana, merubah dirinya menjadi ombak. Sore datang dan akan kembali pada waktu yang tepat. Ia telah membangun batu pemecah ombak untuk menjaga pasir-pasir hatiku dari dinginya air laut. source: we heart it

Tempatku Berpulang

Image
Aku belum merasakan rindu akan rumah, dan orang tuaku. Entah karena aku merasa nyaman di sini atau aku menemukannya. Sosok yang menenangkanku, membuatku merasa tidak sendiri. Rindu aku. Aku rindu berbicara dengan bahasa dan logatku. Paparan bahasa yang selalu terngiang di benakku ketika aku membayangkan rumah. Di sini, di kota kecil ini, aku juga menemukan rumah. Walaupun tanpa kehadiran masakan ibuku atau deru mobil ayahku. Aku menemukan kepingan-kepingan cinta yang kutinggalkan di rumah. Teman-temanku yang berpencar di seluruh negeri, terpisah dariku dan kehidupan baruku. Aku menemukan teman-teman baru dengan perasaan dan kehangatan yang baru. Tidak ada yang bisa menggantikan seseorang dengan orang lain. Begitu pun tidak ada perasaan yang sama dengan rumah tempatku berpulang.

Three Empty Words

Image
I'll pick you up at the same time At the same place, the same old drive We'll just talk about our day To try to fill the awkward space tonight We'll play the songs we used to love While we try to fall in love again We don't know who's wrong or right We don't even care enough to fight We're going through the motions Cause we can't fix what's broken And I know it's gonna hurt But darling I'll go first Cause I won't keep on saying those three empty words No, I won't keep on saying those three empty words We're still talking everyday I'm running out of things to say to ya What's really gonna break my heart Is to have to tell your little brother It might be easier to stay But it'll never be the same, no oh no And if something doesn't change Then we'll keep on sinking further Oh, we're going through the motions Cause we can't fix what's broken And I know it's gonna hurt But darling I'll go first

I am The Creative Loner

I was bullied, back when I was in elementary school. They will called me names, won't talk to me and threw insults. The worst part of it is that they took advantage of me. Only because I'm a shy kid in class. I was a loner.  It was 6 years ago  In middle school I tried to speak in front of people, I tried to talk nicely to people, I respect them, I tried my best to treat people with kindness because I know how it feels to feel bad for yourself when no one likes you. I got over it, people around me already notice me, the new me. They support me with their own way, some people show respect on me, the others threw dirt on me. But that makes me stronger, It feels like I grew a new pair of wings.  And now 6 years from the past, 6 years from the moment and experience I became much stronger. They don't insults me again. They show respect on me, they want me to be their friends, and the best part of it when I can motivate people. And now I am not a loner anymore, I am the crea

Katakan Pada Abangmu

Image
Pertemuan ini tidak direncanakan, aku bahkan tidak  berharap untuk bertemu dengan seseorang yang akan menarik perhatianku. Kecantikannya memang patut diacungi jempol. Namun, aku tidak akan tertarik kepadanya sebelum aku tahu seberapa pintar dia. Aku memang penggila ilmu, dengan IQ 139 yang aku miliki tentu menjadikanku seorang lelaki yang menganggap perempuan pintar itu seksi. Perempuan yang seringkali merajuk dan mencari perhatian dengan “pura-pura manja” bukanlah tipeku. Aku sedang duduk sendirian sambil bercengkrama dengan sepupu-sepupuku. Hal ini sebenarnya jarang kulakukan, tapi karena aku sudah lama tidak pulang, tentu saja aku merasa rindu dengan keluarga besarku. Hari ni adalah hari yang membahagiakan bagi kakak tertuaku, bagaimana tidak hari ini pesta pernikahannya berlangsung. Aku baru sampai di rumah kemarin malam sehingga aku tidak bisa menikmati kota masa kecilku ini, bahkan untuk bertemu teman lama, biarlah pikirku nanti juga bertemu. Adikku yang merupakan anak bungs

Cerita di Selasar Kafe

Image
Saat itu senja kian datang, menemani Dinan dan Gani. Temaram lampu kafe menjadi saksi bisu curahan hati mereka. "Sudahlah, jangan salahkan masa lalumu. Kau terlalu polos untuk memahami cobaan berat yang menimpamu." Ujar Dinan lirih. "Aku tidak menyalahkan keadaan, Nan, Aku sangat membenci diriku yang dulu membiarkan hal itu terjadi."  "Kau masih kecil saat itu. Apa yang dimengerti oleh seorang anak kecil berusia delapan tahun? Setidaknya kau lebih kuat dari padaku Gani." Dinan menghela napas panjang. "Kau harus ingat, masa depan itu masih suci." Lanjutnya, sambil menepuk punggung tangan Gani. Mereka lalu terdiam, di dalam hati mereka masing-masing tangis mereka pecah. Tak berhenti meraung dan tersedu. Tersedak oleh air mata mereka sendiri. Tak ada yang mengetahuinya selain mereka sendiri. Dinding Kafe yang muram tak mengerti dengan tatapan yang mereka berikan, gelas-gelas kaca yang tergantung di bar juga tidak merasakan deru na

Promosi

Image
Bagi yang ingin membaca ceritaku yang cukup panjang silahkan lihat di wattpad.  http://w.tt/1pI434O Silahkan membaca cerita yang sedang aku kerjakan  http://w.tt/1RIhOqF   Selamat membaca 😁😁😁 Salam kreatif!  Source: tumblr 

Filosofi Kabut

Naskah ini merupakan cerpen yang saya buat ketika mengikuti lomba menulis cerpen yang diadakan oleh Universitas Andalas bulan Desember 2015 lalu. Selamat Membaca :)                                                             Filosofi Kabut Aku mendapatkan sebuah pelajaran yang berarti dari Pak Mursal. Seorang tuan tanah yang memiliki hampir sepertiga tanah di kampung kami. Saking luasnya, Pak Mursal membutuhkan sepuluh orang buruh tani untuk mengerjakan sawahnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar masyarakat kampung kami mendapat pekerjaan yang layak dari Pak Mursal. Beliau adalah orang yang dermawan tetapi seringkali dibodohi oleh Mang Ijal, yang menjabat sebagai lurah di daerah kecil ini, Kata Mang dalam nama Mang Ijal bukanlah sebuah panggilan, tetapi singkatan namanya. Kerap kali orang menyingkatnya karena nama lengkapnya yang terbilang unik, Sutamang Ijal. Diawali dengan guru Bahasa Indonesia di SD dekat surau dahulu sering memanggilnya Mang Ijal ketika me

Kenapa Hujan

Kenapa salahkan hujan ketika rintiknya membasahi baju barumu Kenapa salahkan hujan ketika airnya merusak rambutmu Kenapa salahkan hujan ketika petir menakutimu Kenapa salahkan hujan ketika dinginnya mengingatkanmu, menjebakmu dalam haru biru kenangan Kenapa salahkan hujan ketika anak kecil tertawa bersamanya Dulu kau menunggunya agar kau bisa libur dari sekolah Dulu kau menangis bersamanya berharap bisa menari di antara hujan Dulu kau berharap padanya agar ia menemani tidurmu Kenapa salahkan hujan

Memimpikan Pagi

Bagian kedua “a… aku tidak bisa. Tidak! Aku sudah memiliki mimpi besar di depan mataku Pagi, aku tidak punya waktu untuk permainan seperti ini.” Sulit bagiku untuk mengatakannya tetapi aku tidak ingin ada yang menghambatku menggapai mimpiku. Aku berjalan ke arah ibu dan Paman Mulyadi yang sedang bercengkrama. Tidak lama setelah itu, aku sedang menikmati langit pagi yang mengantarku ke Frankfurt, pesawatku akan berhenti di sana sebelum menuju ke negeri Paman Sam. Aku teringat kembali dengan perkataan Pagi beberapa jam yang lalu, aku berharap dapat melupakannya ketika aku berada di ketinggian, bahkan pemandangan langit yang cerah pun makin mengingatkanku akan Pagi. Tidak! Jangan lembek Langit, kamu akan berjumpa dengan empat pagi berbeda dalam satu tahun ke depan. Ada pagi di musim panas, pagi musim gugur, pagi musim dingin, dan pagi di musim semi saat dirimu akan bertemu dengan Pagimu. Kau merindukannya bukan? Aku tidak tahan dengan perasaanku, kalut. Aku mengira akan merasa le