Posts

Showing posts from 2015

Memimpikan Pagi

Senja                 Aku harus melewatkan tidurku agar bertemu dengannya, tetapi terkadang malam tak kunjung surut. Suatu kali aku dibangunkan oleh cicitan burung gereja, tetapi Pagi mulai beranjak pergi. Di lain sisi, Pagi juga menghabiskan siangnya agar bertemu denganku. Sebuah Senja penuh warna di ufuk barat. Tetapi Senja tak selalu datang berwarna jingga, atau bahkan ungu kemerahan di terpa sinar mentari. Terkadang Senja membawa awan kelabu yang membuat Pagi diam tak berkutik. Cukuplah waktu yang memisahkan Pagi dan Senja.                 Namaku Senja, setidaknya begitulah ia memanggilku. Ia berkata, aku menarik seperti langit senja. Ia mengatakan tak pernah bertemu senja seindah diriku, dia memang tukang gombal, tetapi pipiku seringkali memerah karenanya. “Halo Senja, apa kabar? Sibukkah?” Ujar suara di seberang sana.                           “Tidak juga, tetapi aku capek. Baru pulang sekolah.” Ujarku dengan suara mengantuk.                 “Jangan bilang kamu mau tidur s

DIAM

Image
Ucapan bisa saja hanya sekedar kumpulan kata tak berarti. Setiap huruf berbaris menemukan rima agar terdengar indah. Namun, telinga yang mendengarkan tak dapat bersandiwara, mengurangi makna dari setiap tanda baca. Hanya saja hati yang hampa semakin hampa tanpa perasaan, beterbangan membentuk kata yang terucap. Diam tidak sekadar diam.  Diam adalah kemarahan terbesar dan kebencian terdalam hingga ucapan tak sanggup menyampaikan. Diam adalah perasaan tanpa emosi,  terkadang ia hanya tak dapat mewakili hati. Hati yang remuk, Hati yang teriris, Hati yang berdegup kencang Hati yang dikhianati

Hanya Rasa

Hanya rasa,  kehilangan baru terasa setelah menjauh.  Tak dapat bertemu baru terharu Tak dapat menyentuh baru terpaku Kesaktian rasa menghancurkan jiwa  yang rapuh Bukan, bukan hanya jiwa Tapi hati yang terbelenggu Terikat rasa yang tak hilang  Tapi raga yang menjauh Terlalu nyaman tak ingin pergi Tinggalkan rasa, menggigil kedinginan Dingin, terlalu dingin tanpa rasa

Sebuah Kata Benci

Kebencian bisa datang kapan saja. Bahkan di saat dirimu dihanyutkan oleh cinta dan kasih. Bisakah kamu memikirkan seberapa cepat ia menjalar merasuki setiap nadi di sekujur tubuhmu? Bahkan detak jantungmu memberi dukungan untuk perlombaan yang hanya menyesakkan itu. Sesehat apapun manusia, pasti akan merasa sakit. Secinta apapun dirimu padanya, ada kalanya kamu membencinya. Teramat sangat. Dengan panah kebencian menusuk ulu hatimu. Benci dapat mengalir melalui aliran keringat di dahimu. Saat kau bekerja siang dan malam tetapi tidak mendapatkan apresiasi yang selaras. Benci bisa terbang di sela-sela dedaunan. Cepat, dan terkadang merusak pemandangan. Menderu dan membasahi, itulah hobinya bersama ombak. Memecah kepercayaan yang telah lama kau bangun. Dalam sekejap ia runtuh hanya karena ulah bocah tak tahu diri bernama benci. Namun pantaskah aku membencimu dalam semalam, lantaran aku mencintaimu bertahun lamanya?

Yang Telah Usang

Image
Baju walaupun tidak terpakai, lama-lama akan pudar. Rumah walaupun hanya ditinggalkan barang sehari, dua hari, bahkan tiga hari akan tetap berdebu. Kau lupa betapa rindunya telepon antik berwarna biru laut itu akan jemari dan sentuhan tanganmu memutar angka tujuh dan lima sebanyak tiga kali. Deringan telepon tua itu akan terseok-seok mengharapkan panggilan untuk tuannya. Akan tetapi, sang tuan melupakan kesenangan lamanya yang tergantikan dengan hobi baru. Begitu pula dengan sebuah rasa. Tidak terjamah, maka akan hilanglah ia. Tak tahu entah kemana, pergi menapaki hati lain katanya. meninggalkan hati yang kosong dan hampa. Ia tidak tersakiti, juga tidak terkhianati. Hanya saja, ada seberkas kekosongan yang tak tahu kemana isinya. Seperti kopi di warung tua pinggir jalan, tak pernah dihabiskan orang tapi tak tahu juga kemana perginya, mungkin si Mbok pemilik warung membuangnya ke selokan. Namun, apa peduliku terhadap secangkir kopi yang terlalu manis, hingga tak dapat kunikmati?

Nama Sebuah Keluarga

Image
Sebuah rumah berwarna putih, dengan tumbuhan rambat melingkarinya bak gaun indah berwarna hijau. Di samping rumah itu berakar sebatang pohon akasia yang tumbuh lebat. Setiap dahan melambangkan keteguhan dan keberanian, dengan ayunan kayu menggantung di dahannya. Berpegang erat pada dahan itu. Sebuah bangku bercat putih bernaung dibawah rimbunnya pohon itu, mendapatkan perlindungan yang sangat dibutuhkannya, dikala teriknya panas, di saat hujan membasahi tanah. Akan kupanggil rumah itu dengan sebutan ibu, sesosok sederhana dengan keputihan hati dan keikhlasannya menjaga orang-orang yang tinggal di dalamnya. Seoarang kakak laki-laki adalah pohon akasia, yang dengan setia menemani ibunya. Seorang kakak lelaki yang senang bermain dengan adik kecilnya, dan akan selalu melindungi adik perempuannya. Bangku  putih itu adalah anak perempuan si ibu, seorang remaja yang labil tetapi memiliki hati bersih seputih kapas. Hanya terkadang lingkungan tak bersahabat dengannya hingga ia tidak lagi s

Deretan kedua belas

Image
Kutemukan dirimu di antara rak buku kedua belas tepat pukul dua belas, lewat dua belas menit, dan dua belas detik. Setiap hari aku akan menghitung deretan meja perpustakaan dan berhenti menemukanmu di deretan kedua belas. Senyuman itu selalu melekat di wajahmu seperti namamu terpaku di hatiku yang berdegup kencang ini. Aku memang tidak menemukanmu pada purnama ke-dua belas seperti Sabari menemukan Lena dalam rentetan kata Andre Hirata. Akupun tak akan sanggup menciptakan untaian kata-kata puitis semanis larik ciptaan Bapak Habibie yang mempersembahkan setiap baitnya untuk Bu Ainun.  Tahukah kau bahwa sajak ini tercipta tidak hanya begitu saja? Aku harus bertemu denganmu sebanyak dua belas kali sampai aku jatuh hati pada pemilik nama dengan 12/2 huruf sepertimu. Dalam jurnalku dirimu tertera di halaman kedua belas. Sungguh berarti angka dua belas dibenakku semenjak aku berhasil menemukan 12 fakta tentang dirimu. Aku bahkan tahu bahwa kau menghabiskan Affogato -mu dalam dua belas te

Alter Ego

Image
      Tahukah kamu apa itu alter ego ? Kamu sangat menyukai Spiderman kan? dan kamu tahu bahwa Peter Parker aka Spiderman yang  memiliki alter ego sebagai seorang yang culun berkaca mata besar. Kamu tahu, kalau aku memiliki alter ego hanya untuk mendapatkan perhatianmu? aku bersikap cuek layaknya Katniss Everdeen dan belajar mati-matian agar dianggap sepintar Hermione Granger agar kamu memperhatikanku ketika menulis jawaban matematika di kelas. Percayalah apa yang aku lakukan hanya agar kau memperhatikanku.        Terkadang aku merasa apa yang aku lakukan hanyalah kesia-siaan belaka ketika berhadapan denganmu. Seorang lelaki setampan Logan Lerman dan digilai perempuan seperti Robert Pattinson. Perasaan minder selalu menyelubungiku, seorang gadis pendiam berkaca mata dengan rambut yang selalu dikuncir kuda. Dirimu bagaikan bintang hollywood yang dibayar dengan budget mahal, bahkan untuk menyentuhmu aku tak bisa. kapankah kau melihatku yang sebenarnya telah memperhatikanmu semenjak k

Pagi dan Hujan

Image
   Kamu itu seperti cuaca pagi, dengan udara dingin hingga ke tulang. Pagi sepertimu ditemani oleh hangatnya mentari yang menetralisir dingin yang membuatku menggigil. Dirimu pun jauh dariku, bagaikan bulan dan bumi, kita bergandengan dengan tangan tak kasat mata tapi menyentuh yang terdalam. warna semu biru di langit pagi adalah caramu memberiku semangat, disaat dirimu tau, bahwa dunia hanyalah film hitam putih belaka. Jika kamu adalah udara pagi, maka aku adalah embunmu yang engkau hembuskan di setiap sudut rerumputan.    Dirimu ibarat hujan di malam hari, terdengar deras dengan pohon yang menari-nari. Banyak orang membenci hujan sepertimu, tapi tidak bagiku. Hujan membuatku terlelap seperti suaramu yang menenangkanku disaat ku tak bisa tidur. Kau membuatku lupa akan pekatnya malam, kau ajak jangkrik bernyanyi untuk memecah kesunyian malam di saat kau tau jika aku membenci keheningan.   Dirimu membuatku lupa, jika kamu tidak dapat selalu bersamaku, pagi akan digantikan oleh sia