Idiosyncratic

Daun-daun berguguran di sore itu, mungkin memberi pertanda padaku bahwa kau akan pergi. Apakah kacamatamu berembun? Aku tak tahu, yang jelas mataku berkaca-kaca sedari tadi. Aku dilema, diriku terikat janji masa lalu, sedangkan hatiku berjuang untuk tidak terikat padamu. Bahkan aku mengangumimu jauh sebelum aku tahu siapa namamu. Tiga bait nama yang akhirnya menjadi penggalan rasa sakit yang menghujam jantungku. 

Daun-daun yang jatuh menjadi tontonan yang jauh lebih menarik ketimbang menatap senyum yang idiosyncratic itu. Sesuatu yang unik karna setiap kali kau tersenyum padaku akhir-akhir ini, senyum itu memberikan sensasi yang berbeda. Derap kaki orang-orang yang mulai meninggalkan tempat persinggahan sementara kita mulai lenyap. Layaknya suaraku yang semakin senyap, aku tergugu, karena keegoisanku yang makin menjadi-jadi. 

Apa salahnya kau bahagia, tapi aku ingin akulah yang menjadi sumber kebahagianmu, 


Comments

Popular posts from this blog

Twenty-four

Let's Talk About Us

Aku Ingin Tertidur Pulas di Dekapanmu