CHAOS

Py, balik yuk.
                Nanggung Gab, bentar lagi sunrise.

                Malam itu kita tidak tidur, sebenarnya aku mengantuk, kau pun juga. Namun, keadaan membuat kita tidak tidur. Semuanya chaos, suasana yang awalnya penuh gelak tawa menjadi masalah yang mempermainkan hati dan perasaan. Hancurnya  kebahagiaan yang awalnya memenuhi percikan cahaya remang api unggun di mata kita. Itulah yang kau rasakan. Bagiku, semuanya terasa berbeda.
                Chaos memang, kacau balau, tanpa ampun. Akan tetapi, semua pengalaman baru ini membuatku memiliki pandangan yang berbeda. Bagaimana bourbon dan amer membuat seseorang memuntahkan semua kata yang membebaninya. Bagaimana pendanganku berubah terhadap gadis perokok yang ternyata seorang teman yang baik dan menyenangkan. Bagaimana aku merasakan rasa aneh dan hangat dari minuman yang ditawarkan oleh si pembuat onar pada malam itu. Semuanya adalah pengalaman baru bagiku.
                Gab, kau tahu aku sudah merasakan patah hati sebelumnya, dan aku tahu kapan aku jatuh cinta kepada seseorang. Rasanya seperti kehangatan jaket yang dipinjamkan oleh Choi pada malam itu. Sejujur diriku bercerita kepada temanmu yang bahkan baru aku kenal beberapa jam sebelum subuh yang alufiru itu.
                Pyn, sana ngomong dulu sama Bagus. Itu Kak Dinda, sahabatmu selain Kak Gio. Senior yang bahkan aku hanya sekedar bertegur sapa dengannya sekarang mengetahui apa yang menjadi inti permasalahan pada malam itu. Dia ingin kita menyelesaikan masalah ini Gab, bagaimana keadaan yang baik-baik saja tiba-tiba menjadi drama pelajar SMA mempermasalahkan cinta monyet mereka. Aku berjalan ke belakang, menemuimu bersiap akan segala kemungkinan yang terjadi. Hatiku tidak tenang seperti Senin siang saat kau meneleponku dan mengatakan pilihanmu.
                Disana dirimu, dengan jaket superman-mu yang aku harap-harapkan malam itu. Kamu memberikan senyum tersedihmu yang pernah aku lihat. Tuhan, aku tidak tahu harus ikut bersedih atau berusaha tenang seperti aku menerima kenyataan menyakitkan di Senin minggu lalu itu. Kau mengajak ku untuk membicarakannya sembari berjalan santai. Sungguh, aku capek Gab. Namun, aku tahan Karena aku benar-benar ingin tahu perasaan dibalik mata sendu dan berkaca-kaca itu.
                Kau mengungkapkan semuanya, meluruskan segala kekeliruanku. Menjawab segala pertanyaan yang bahkan mulutku sendiri tidak sanggup mengucapkannya. Kau merubah warna pipiku subuh itu. Merona seperti langit yang membingkai gunung saat itu. Air matamu menetes untuk kedua kalinya di hadapanku, menghanyutkan seluruh keraguanku terhadapmu.
                Py, balik yuk!
                Nanggung Gab, bentar lagi sunrise.

                Keren deh kalau cerita kita dijadiin film, dan ending-nya kita lagi nikmatin sunrise kaya gini.

Foto ini saya ambil saat Makrab Sasper tahun 2017 

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Twenty-four

Let's Talk About Us

Aku Ingin Tertidur Pulas di Dekapanmu