FORGIVENESS
Dia
mengajarkanku sebuah kata baru yang tak pernah kukenal sebelumnya. ‘Forgiveness’
kata yang cukup asing bagiku.
Dia membaginya
menjadi 3 suka kata for-give-ness. “Terdapat kata ‘give’ di dalamnya, yang
berarti memberi. Untuk memaafkan seseorang kau harus memberikan mereka rasa
maaf itu.” Ujarnya.
“Terkadang dengan bisa merelakan atau
sekadar memberi senyuman.” Dia menghela napas sebentar lalu melanjutkan
perkataannya. Kuperhatikan matanya semakin berbinar dan teduh.
“Pada saat
hatimu hancur olehnya, kau harus mengambil serpihan-serpihan hatimu yang jatuh.
Terkadang serpihan itu melukai tanganmu. Ketika kau sudah mengambil semua
serpihan hatimu dan bangkit kembali, kau harus menyerahkan serpihan-serpihan
hati itu kepadanya.”
“Untuk apa?
Bukannya hati itu telah dihancurkan olehnya?” Aku bertanya dengan rasa geram.
Dia lagi-lagi tersenyum, “Sebagai pengingat baginya yang telah menghancurkan
hati itu. Lama-kelamaan hati tersebut akan sembuh. Sama halnya dengan luka di
tanganmu yang akan mengering seiring berjalannya waktu. Biarkan waktu
membantumu merawat lukamu. Proses ‘healing’ berarti kau memberi waktu
untuk lukamu sembuh.
Aku ikut
menghela napas kali ini dan memejamkan mataku sejenak. Mencoba memberi oksigen
untuk jiwaku agar ikut bernapas. Satu-persatu luka di tanganku setelah memungut
serpihan hatiku mulai mengering. “Suatu saat, bekas luka itu akan menghilang,
karena pada dasarnya obat untuk memaafkan itu adalah melupakan rasa sakit itu.”
Dia tersenyum kepadaku, dan mengajakku untuk memungut serpihan hati yang lain.
Comments
Post a Comment