Yang Telah Usang
Baju walaupun tidak terpakai, lama-lama akan pudar.
Rumah walaupun hanya ditinggalkan barang sehari, dua hari, bahkan tiga hari akan tetap berdebu. Kau lupa betapa rindunya telepon antik berwarna biru laut itu akan jemari dan sentuhan tanganmu memutar angka tujuh dan lima sebanyak tiga kali.
Deringan telepon tua itu akan terseok-seok mengharapkan panggilan untuk tuannya. Akan tetapi, sang tuan melupakan kesenangan lamanya yang tergantikan dengan hobi baru.
Begitu pula dengan sebuah rasa. Tidak terjamah, maka akan hilanglah ia. Tak tahu entah kemana, pergi menapaki hati lain katanya. meninggalkan hati yang kosong dan hampa.
Ia tidak tersakiti, juga tidak terkhianati. Hanya saja, ada seberkas kekosongan yang tak tahu kemana isinya.
Seperti kopi di warung tua pinggir jalan, tak pernah dihabiskan orang tapi tak tahu juga kemana perginya, mungkin si Mbok pemilik warung membuangnya ke selokan.
Namun, apa peduliku terhadap secangkir kopi yang terlalu manis, hingga tak dapat kunikmati?
Bagaimana dengan rasa yang akhir-akhir ini berkelana?
Apakah ia akan bosan dan kembali kepada tuannya?
Barang sehari?
Dua hari?
Atau mengemasi retakan-retakannya yang tertinggal dan pergi tanpa pamit?
Entahlah, kadang rasa bisa hinggap bertahun-tahun lamanya seperti parasit di batang pohon enau.
Terkadang ia akan kembali dengan cepat hanya dengan satu sapaan, "Hai"
Rumah walaupun hanya ditinggalkan barang sehari, dua hari, bahkan tiga hari akan tetap berdebu. Kau lupa betapa rindunya telepon antik berwarna biru laut itu akan jemari dan sentuhan tanganmu memutar angka tujuh dan lima sebanyak tiga kali.
Deringan telepon tua itu akan terseok-seok mengharapkan panggilan untuk tuannya. Akan tetapi, sang tuan melupakan kesenangan lamanya yang tergantikan dengan hobi baru.
Begitu pula dengan sebuah rasa. Tidak terjamah, maka akan hilanglah ia. Tak tahu entah kemana, pergi menapaki hati lain katanya. meninggalkan hati yang kosong dan hampa.
Ia tidak tersakiti, juga tidak terkhianati. Hanya saja, ada seberkas kekosongan yang tak tahu kemana isinya.
Seperti kopi di warung tua pinggir jalan, tak pernah dihabiskan orang tapi tak tahu juga kemana perginya, mungkin si Mbok pemilik warung membuangnya ke selokan.
Namun, apa peduliku terhadap secangkir kopi yang terlalu manis, hingga tak dapat kunikmati?
Bagaimana dengan rasa yang akhir-akhir ini berkelana?
Apakah ia akan bosan dan kembali kepada tuannya?
Barang sehari?
Dua hari?
Atau mengemasi retakan-retakannya yang tertinggal dan pergi tanpa pamit?
Entahlah, kadang rasa bisa hinggap bertahun-tahun lamanya seperti parasit di batang pohon enau.
Terkadang ia akan kembali dengan cepat hanya dengan satu sapaan, "Hai"
Comments
Post a Comment