Si Sulung yang Hilang
Ibu menanak nasi di dapur, meja makan sudah dihias dengan dekorasi penuh bunga warna warni. Bau khas kaldu sapi memenuhi ruangan makan malam. Tampak raut wajah ceria di tiap wajah anak-anakknya. Bapak baru pulang dari kantor, sambil mengelap peluh dengan dasi garis-garisnya, ia sapa seluruh penghuni rumahnya. Anak-anak berlari mengejar bapak dan menyalaminya satu-satu. Bapak tersenyum sembari mengeluarkan sekantong plastik martabak asin yang dibelinya di tenda pinggir jalan.
Ibu tersenyum dan mengecup pipi Bapak. Menyuruh Bapak mandi dan segera menuju ruang makan karena nasi telah matang. Nasi putih mengepul dengan hangat dan terlihat lezat di setiap perut yang keroncongan. Ibu menyuruh adik memanggil si sulung untuk makan malam bersama.
Sudah disiapkan enam piring nasi dengan enam gelas air mineral hangat untuk menemani makan malam kali ini. si adik masih mengetuk pintu si sulung yang tak jua keluar dari sarangnya. Kuah sup sudah dituang ke nasi masing-masing, dan Ibu memberikan daging terempuk untuk anak sulungnya yang baru saja diterima di universitas ternama.
Pintu si sulung tertutup dan tak terdengar suara kaki di dalamnya. Adik kemudian memaksa masuk dengan mendobrak pintu berwarna putih itu. Ia tak menemukan si sulung dimanapun, kamarnya berserakan dan si sulung telah hilang.
Comments
Post a Comment