Tragedi Americano
Tadi malam, aku membantu Ibu menguleni adonan pempek. Sudah lama sekali Ibu tidak membuat makanan khas Palembang yang dulunya selalu jadi cemilan tiap akhir pekan bagi keluargaku. Kali ini, Ibu membuat porsi yang cukup banyak. Aku sampai mengira Ibu akan berjualan pempek melihat banyaknya adonan yang harus aku bentuk. Aku segera mengenakan celemek dan mulai mengasah skill seniku. Setelah hampir satu jam membulat-bulatkan adonan pempek, aku mendengar bunyi bel rumah. Ibu terlalu sibuk menelepon temannya sampai tidak menyadari ada tamu. Ketika aku hendak berdiri, aku melihat kakakku berjalan dengan gontai menuju pintu depan. Aku kembali fokus membentuk adonan pempek dan Ibu sudah selesai menelepon dan kembali ke dapur meracik bumbu cuko. "Huh, banyaknyo." Ujarku sambil menirukan logat Palembang. "Ayo cepat lanjutkan, kamu mau makan pempek, kan?" Aku hanya tersenyum getir ke arah Ibu. Tanpa kusadari, kakakku sudah berada di dapur. Suara langkah kakinya lemas s...